Selasa, 01 Desember 2015

Aceh Place




Baturrahman Of Mosque (Mesjid Baiturrahman)


Baiturrahman Grand Mosque is a Mosque located in the center of Banda Aceh city, Aceh Province. The Baiturrahman Grand Mosque is a symbol of religion, culture, spirit, strength, struggle and nationalism of Acehnese people. The mosque is a landmark of Banda Aceh and has survived the Boxing Day Tsunami.

Translate
Masjid Agung aiturrahman adalah Masjid yang terletak di pusat kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Masjid Raya Baiturrahman adalah simbol dari agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini adalah tengara dari Banda Aceh dan telah selamat dari hantaman Tsunami.

 MEUSEUM TSUNAMI ACEH

Tsunami Museum is a museum in Banda Aceh which was designed as a symbolic monument to the earthquake and the 2004 Indian Ocean tsunami at the same time educational center and emergency shelter if a tsunami occurs again

Translate:
Meuseum Tsunami adalah sebuah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi.

Taman Putroe Phang
Taman Putroe Phang is a park built by Sultan Iskandar Muda (1607-1636) for the queen Putroe Phang derived from the kingdom of Pahang. This park was built for the sultan loved Princess of Pahang and that the queen was not alone when the sultan to run the government.

Construction of the park told the request of Putroe Phang, princess brought to Aceh by Sultan Iskandar Muda after empire conquered Pahang.

Inside the park there is a small gate Pinto Khop is shaped dome which is the door that connects the park with the palace. Pinto Khop is the resting place of Princess Phang, having tired of swimming, not far from the structure's history, that is where the maids wash hair empress. There were also an empress for shampoo and shower flowers.


Translate:
Taman Putroe Phang adalah taman yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) untuk permaisurinya Putroe Phang yang berasal dari Kerajaan Pahang. Taman ini dibangun karena sultan sangat mencintai Putri Pahang dan agar sang permaisuri tidak kesepian bila di tinggal sultan menjalankan pemerintahan.

Pembangunan taman dikisahkan merupakan permintaan dari Putroe Phang, putri raja yang dibawa ke Aceh oleh Sultan Iskandar Muda setelah kerajaan Pahang ditaklukan.

Di dalam taman ini terdapat Pinto Khop yaitu gerbang kecil berbentuk kubah yang merupakan pintu yang menghubungkan taman dengan istana. Pinto Khop ini merupakan tempat beristirahat Putri Phang, setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari Gunongan, di sanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri. Di sana juga terdapat kolam untuk sang permaisuri keramas dan mandi bunga.


Lonceng Cakra Donya

Cakra Donya bells are historical objects which now is one of the collection of the Museum Aceh. Historically this bell given by the Chinese empire by Admiral Cheng Ho who is a formidable sailor, as a bond of friendship between the Chinese empire and the Kingdom of Aceh

Translate:
Lonceng Cakra Donya merupakan benda bersejarah yang kini merupakan salah satu koleksi Museum Aceh. Menurut sejarahnya lonceng ini diberikan oleh kerajaan China melalui Laksamana Cheng Ho yang merupakan pelayar tangguh, sebagai ikatan persahabatan antara kerajaan China dengan Kerajaan Aceh



 Indra Patra, Purwa, and Puri 
The Sultanate of Aceh Darussalam was built on the ruins of Hindu and Buddha kingdoms,that existed beforesuch as the Kingdom of Indra Purba, the kingdom of Indra Purwa the kingdom of Indra Patraand theIndrapura (Indrapuri) kingdom.
The Indra Purwa kingdom allegedly existed 2,000 years before ChristIn the course of its historythe kingdom of Indra Purwa had been attackedby SrivijayaColaChinaPortugaland othersBetween 1059-1069 AD,Chinese soldiers, who had occupied the Kingdom of Indra Jaya, occupied the kingdom of Indra Purwa, which at that time was ruled by MaharajaIndra Sakti.





Translate:
Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri).
Kerajaan Indra Purwa diduga sudah ada 2.000 tahun sebelum Masehi. Dalam perjalanan sejarahnya, Kerajaan Indra Purwa pernah diserang oleh Sriwijaya, Cola, China, Portugis, dan lain-lain. Di antara 1059-1069 M, prajurit China yang sudah menduduki Kerajaan Indra Jaya menyerang Kerajaan Indra Purwa yang pada waktu itu diperintah oleh Maharaja Indra Sakti.



Syiah Kuala

Teungku tomb of Sheikh Abdurrauf  or Singkil (Singkil, Aceh in 1024 H / 1615 AD - Kuala Aceh, Aceh in 1105 H / 1693 AD) was a great scholar of the famous Aceh. He had a great influence in the spread of Islam in Sumatra and the Archipelago in general. The term is also famous title is Teungku Shiite Kuala (the Acehnese language, meaning cleric Sheikh Kuala).

His full name is Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. According to the history of the community, his family came from Persia or Arabia, who came and settled in Singkil, Aceh, at the end of the 13th century. In his youth, he first learned on his own father. He later also studied at clerics in Fansur and Banda Aceh. Next, he went a pilgrimage, and in the process pelawatannya he studied at various scholars in the Middle East to explore Islam.

Translate:
Makam teungku Syiah atau Syekh Abdurrauf Singkil (Singkil, Aceh 1024 H/1615 M - Kuala Aceh, Aceh 1105 H/1693 M) adalah seorang ulama besar Aceh yang terkenal. Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya. Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala).

Nama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. Menurut riwayat masyarakat, keluarganya berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah untuk mendalami agama Islam.
Share:

History of Aceh (Sejarah Aceh)

Aceh ... of course you have heard the name of Aceh, which is now only a province of the Republic of Indonesia, but do you know the origin of the Nation Aceh where ...?.

Aceh ... is a nation that has existed since 2500 years ago and has been known since the 5th century AD by the royal Poly who were on the beach Sigli (Aceh Pidie), Aceh is a unique nation, which consists of tribes and languages ​​and multiculturalism culture, Aceh is a country full of nicknames ... country porch mecca Aceh, Aceh country rencong land, the land of Islamic law in Aceh, Aceh land of a million coffee shops and so on.

According to one source among researchers of history and anthropology as I quoted from Cakradonya, that the origin of the Nation Aceh comes from Mantee tribes that live in the jungle of Aceh that has the characteristics of posture is rather small compared to the Aceh today. according to forecasts this Mantee tribes have links associated with ethnicity Charm in Malaka, which is part of the Indian peoples of the Khmer Monk back.As you see the similarities that exist in the souls of Aceh by the Khmer namely passion and fire of revolution blazing.

Back to the past history here we see the first of the nation's Influence Aceh came from the Indians who brought Hinduism and Buddhism came to Aceh about 2,500 years ago, the nation of India has made a settlement in Aceh, they come through the northern coast of Aceh. Very great variety of sources considering the ports of trade, where the information obtained from the Chinese, Arabic, Indian, and even Europe, is strong evidence that the place was indeed from time immemorial has been a crossroads of international strategic flanked by the Indian Ocean and the Malacca Strait.

In the course of history as we know around the year 500 AD in Aceh has established a kingdom known internationally named royal Poly, royal Poly is located on the beach Sigli, Aceh Pidie and Dan at the end of the 13th century it was noted that the royal Ocean pasai established by Meurah Shiloh, which then holds the Sultan Malikus-Saleeh to Sulthan Ali Mughayat Syah A king Aceh more shrewd and fortunate of the kings before, managed to proclaim KINGDOM Aceh Darussalam on Thursday, 21 Dzulqaidah 916 H or February 20, 1511 (according to one source the sulthan been in power starting in 1496) and Aceh became one of ADI POWER RATE region which is one of the five largest Islamic empire in the world at that time and Aceh reached heyday resplendent in the golden age of Sulthan Iskandar Muda. History of the Kingdom of Aceh Darussalm etched for 407 years on earth this Divine ended sultan Muhammad Daud Shah's future in 1903.





Translate:
Aceh...tentu anda sudah sering mendengar nama Aceh , yang sekarang hanya sebuah provinsi dari Negara Republik Indonesia, tapi tahukah anda asal mula Bangsa Aceh dari mana...?.

Aceh...adalah sebuah bangsa yang sudah ada sejak 2.500 tahun yang lalu dan sudah dikenal sejak abad ke-5 M dengan kerajaan Poli yang berada di pantai Sigli ( Aceh Pidie ) , Aceh adalah bangsa yang unik yang terdiri dari multikultur suku dan bahasa serta budaya, Aceh adalah negeri yang penuh julukan...Aceh negeri serambi mekkah, Aceh negeri tanah rencong, Aceh negeri syariat Islam, Aceh negeri sejuta warung kopi dan sebagainya.

Menurut salah satu sumber dikalangan peneliti sejarah dan antropologi seperti yang saya kutip dari Cakradonya, bahwa asal usul Bangsa Aceh berasal dari suku Mantee yang hidup di rimba raya Aceh yang memiliki ciri-ciri postur tubuh agak kecil dibandingkan dengan orang Aceh sekarang. menurut prakiraan suku mantee ini mempunyai hubungan terkait dengan suku bangsa Mantera di Malaka yang merupakan bagian dari bangsa Monk Khmer dari belakang hindia .Seperti anda lihat persamaan yang ada dalam jiwa-jiwa orang Aceh dengan orang Khmer yaitu semangat dan api revolusi yang menyala-nyala.

Kembali pada sejarah masa lalu disini kita lihat Pengaruh pertama terhadap bangsa Aceh datang dari bangsa India yang membawa ajaran Hindu dan Budha masuk ke Aceh sekitar 2.500 tahun yang lalu, bangsa India telah membuat perkampungan di Aceh, mereka datang melalui pesisir pantai utara Aceh. Sangat beranekaragamnya sumber-sumber yang mengingat pelabuhan-pelabuhan dagang itu, dimana diperoleh informasi dari Cina, Arab, India, bahkan Eropa, adalah bukti yang cukup kuat bahwa tempat itu memang dari dahulu kala sudah merupakan persimpangan internasional yang sangat strategis di apit oleh samudera hindia dan selat malaka.

Dalam perjalanan sejarah seperti kita ketahui sekitar tahun 500 Masehi di Aceh telah berdiri satu kerajaan yang di kenal internasional yang bernama kerajaan Poli, kerajaan Poli ini berada di pantai Sigli, Aceh Pidie dan Dan pada akhir abad 13 tercatat bahwa kerajaan Samudera pasai yang didirikan oleh Meurah Silo yang kemudian bergelar Sultan Malikus-Saleh hingga Sulthan Ali Mughayat Syah Seorang raja Aceh yang lebih lihai dan beruntung dari raja-raja sebelumnya, berhasil memproklamirkan KERAJAAN ACEH DARUSSALAM pada hari Kamis, 21 Dzulqaidah 916 H atau 20 Februari 1511 ( menurut salah satu sumber sang sulthan sudah berkuasa mulai tahun 1496 ) dan Aceh menjadi salah satu dari SUKU ADI DAYA dikawasannya yang merupakan salah satu dari lima kerajaan Islam terbesar di dunia pada masa itu dan Aceh mencapai puncak kejayaan yang gilang gemilang di jaman keemasan Sulthan Iskandar Muda. Sejarah Kerajaan Aceh Darussalm terukir selama 407 tahun dibumi Ilahi ini yang berakhir dimasa sulthan Muhammad Daud Syah pada tahun 1903.




Share:

Typical Food (Makanan Khas)


 Chiken  Catch (Ayam Tangkap)
 Masak Puteh (Cook White)
Halwa / Manisan (sweetmeat) 
 Chane / canai (grind down)

















                     Martabak kari (curry martabak)
 Mie Bhieng / Mi Kepiting (Crab Nodles)

 Sie Reuboh / daging rebus (boiled meat)

Sop Iga (ribs soup )


Kuah Pliek (Pliek Souce) 
 Martabak Telur (Egg Martabak)
Apoem / Serabi (Pancake)
Share:

Impossing Building (Bangunan Magah)



Baturrahman Of Mosque (Mesjid Baiturrahman)


Baiturrahman Grand Mosque is a Mosque located in the center of Banda Aceh city, Aceh Province. The Baiturrahman Grand Mosque is a symbol of religion, culture, spirit, strength, struggle and nationalism of Acehnese people. The mosque is a landmark of Banda Aceh and has survived the Boxing Day Tsunami.

Translate
Masjid Agung aiturrahman adalah Masjid yang terletak di pusat kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Masjid Raya Baiturrahman adalah simbol dari agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini adalah tengara dari Banda Aceh dan telah selamat dari hantaman Tsunami.

 MEUSEUM TSUNAMI ACEH

Tsunami Museum is a museum in Banda Aceh which was designed as a symbolic monument to the earthquake and the 2004 Indian Ocean tsunami at the same time educational center and emergency shelter if a tsunami occurs again

Translate:
Meuseum Tsunami adalah sebuah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi.


Taman Putroe Phang
Taman Putroe Phang is a park built by Sultan Iskandar Muda (1607-1636) for the queen Putroe Phang derived from the kingdom of Pahang. This park was built for the sultan loved Princess of Pahang and that the queen was not alone when the sultan to run the government.

Construction of the park told the request of Putroe Phang, princess brought to Aceh by Sultan Iskandar Muda after empire conquered Pahang.

Inside the park there is a small gate Pinto Khop is shaped dome which is the door that connects the park with the palace. Pinto Khop is the resting place of Princess Phang, having tired of swimming, not far from the structure's history, that is where the maids wash hair empress. There were also an empress for shampoo and shower flowers.


Translate:
Taman Putroe Phang adalah taman yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) untuk permaisurinya Putroe Phang yang berasal dari Kerajaan Pahang. Taman ini dibangun karena sultan sangat mencintai Putri Pahang dan agar sang permaisuri tidak kesepian bila di tinggal sultan menjalankan pemerintahan.

Pembangunan taman dikisahkan merupakan permintaan dari Putroe Phang, putri raja yang dibawa ke Aceh oleh Sultan Iskandar Muda setelah kerajaan Pahang ditaklukan.

Di dalam taman ini terdapat Pinto Khop yaitu gerbang kecil berbentuk kubah yang merupakan pintu yang menghubungkan taman dengan istana. Pinto Khop ini merupakan tempat beristirahat Putri Phang, setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari Gunongan, di sanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri. Di sana juga terdapat kolam untuk sang permaisuri keramas dan mandi bunga.


Lonceng Cakra Donya


Cakra Donya bells are historical objects which now is one of the collection of the Museum Aceh. Historically this bell given by the Chinese empire by Admiral Cheng Ho who is a formidable sailor, as a bond of friendship between the Chinese empire and the Kingdom of Aceh

Translate:
Lonceng Cakra Donya merupakan benda bersejarah yang kini merupakan salah satu koleksi Museum Aceh. Menurut sejarahnya lonceng ini diberikan oleh kerajaan China melalui Laksamana Cheng Ho yang merupakan pelayar tangguh, sebagai ikatan persahabatan antara kerajaan China dengan Kerajaan Aceh



 Indra Patra, Purwa, and Puri 
The Sultanate of Aceh Darussalam was built on the ruins of Hindu and Buddha kingdoms,that existed beforesuch as the Kingdom of Indra Purba, the kingdom of Indra Purwa the kingdom of Indra Patraand theIndrapura (Indrapuri) kingdom.
The Indra Purwa kingdom allegedly existed 2,000 years before ChristIn the course of its historythe kingdom of Indra Purwa had been attackedby SrivijayaColaChinaPortugaland othersBetween 1059-1069 AD,Chinese soldiers, who had occupied the Kingdom of Indra Jaya, occupied the kingdom of Indra Purwa, which at that time was ruled by MaharajaIndra Sakti.





Translate:
Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri).
Kerajaan Indra Purwa diduga sudah ada 2.000 tahun sebelum Masehi. Dalam perjalanan sejarahnya, Kerajaan Indra Purwa pernah diserang oleh Sriwijaya, Cola, China, Portugis, dan lain-lain. Di antara 1059-1069 M, prajurit China yang sudah menduduki Kerajaan Indra Jaya menyerang Kerajaan Indra Purwa yang pada waktu itu diperintah oleh Maharaja Indra Sakti.



Syiah Kuala

Teungku tomb of Sheikh Abdurrauf  or Singkil (Singkil, Aceh in 1024 H / 1615 AD - Kuala Aceh, Aceh in 1105 H / 1693 AD) was a great scholar of the famous Aceh. He had a great influence in the spread of Islam in Sumatra and the Archipelago in general. The term is also famous title is Teungku Shiite Kuala (the Acehnese language, meaning cleric Sheikh Kuala).

His full name is Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. According to the history of the community, his family came from Persia or Arabia, who came and settled in Singkil, Aceh, at the end of the 13th century. In his youth, he first learned on his own father. He later also studied at clerics in Fansur and Banda Aceh. Next, he went a pilgrimage, and in the process pelawatannya he studied at various scholars in the Middle East to explore Islam.

Translate:
Makam teungku Syiah atau Syekh Abdurrauf Singkil (Singkil, Aceh 1024 H/1615 M - Kuala Aceh, Aceh 1105 H/1693 M) adalah seorang ulama besar Aceh yang terkenal. Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya. Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala).

Nama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. Menurut riwayat masyarakat, keluarganya berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah untuk mendalami agama Islam.



Share:

Senin, 30 November 2015

Aceh Culture (Budaya Aceh)

"ACEH"  CULTURE




Kebudayaan Provinsi aceh sangat dipengaruhi oleh islam.  berikut penjelasan tentang Pakaian adat provinsi aceh 


Wanita mengenakan baju kurung berlengan panjang hingga sepinggul. Krah bajunya sangat unik menyerupai krah baju khas china.
Celana cekak musang dan sarung (IJA PINGGANG) bercorak yang dilipat sampai lutut. Corak pada sarung ini bersulam emas.
Perhiasan yang dipakai : kalung disebut KULA. Ada pula hiasan lain seperti : Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (PENDING) berwarna emas.
Bagian rembut ditarik ke atas membentuk sanggul kecil dengan hiasan kecil bercorak bunga

Pada jaman dulu pelapisan terhadap status sosial yang terdapat di masyarakat Aceh, khususnya daerah Aceh Barat telah menyebabkan baju adat Aceh Barat tampil dalam beragam variasi diantaranya adalah pakaian :

1. Ulee Balang, busana untuk para raja beserta keluarganya
2. Ulee Balang busana untuk Cut dan para Ulama
3. Patut-patut (pejabat negara), pakaian untuk para tokoh masyarakat cerdik pandai
4. Rakyat jelata

Busana adat Aceh yang menonjol sekarang ini adalah yang pakaian adat tradisional yang dikenakan pada saat ada upacara adat perkawinan, khususnya karena akibat munculnya kembali apresiasi masyarakat terhadap budaya ash daerah akhir-­akhir ini.


Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atau yang lebih dikenal dengan Serambi Mekah mempunyai kekayaan budaya yang banyak dipengaruhi oleh agama Islam. Provinsi yang pusat pemerintahannya berada di Banda Aceh ini telah melahirkan beberapa Pahlawan Nasional yang jasa dan namanya masih terus dikenang hingga saat ini, seperti : Cut Nyak Dhien, Cik Ditiro, Cut Nyak Meutia, dll.







Translate into English:
Culture of Aceh strongly influenced by Islam. The following explanation of the traditional clothes of Aceh province
Men wear a suit or a dress BAJE MEUKASAH closed neck. There is a golden embroideries decorate collar shirt. This suit comes tight trousers called mongoose. Sarong (IJA LAMGUGAP) folded at the waist memorable dashing. Sarong is made of silk disongket. Rencong blade or siwah-headed gold / silver and jeweled tucked in his belt. The head is covered skullcap popularly called MAKUTUP. Headgear is ridden by tangkulok or tompok of gold. Tangkulok is made of woven fabric. Tompok is square star ornament 8, multilevel, and made of precious metals

Women wear long-sleeved shirt brackets to the hip. Very unique shirt collar shirt collar resembles the typical china.
Civet tight pants and gloves (IJA WAIST) patterned folded up to the knee. This sheath embroidered pattern on gold.
Spoken jewelry: a necklace called KULA. There are also other embellishments such as: Bracelet hand, foot bracelets, earrings, and belts (PENDING) gold.
Part the hair is pulled up in a bun with a small floral decoration

In earlier times the coating on the social status contained in the people of Aceh, West Aceh region in particular has led Aceh Barat traditional dresses appeared in a wide variety of which is clothing:

1. Ulee Balang, clothing for the king and his family
2. Ulee Balang clothing for Cut and the Ulemas
3. It is worth-worth (state officials), clothing for the community leaders scholars
4. Peasants

Aceh customary fashion that stands today is that traditional indigenous clothing worn at the time there are traditional wedding ceremony, especially as a result of the re-emergence of cultural public appreciation of the ash area lately.

NAD or better known as the Veranda of Mecca has a wealth of culture is heavily influenced by Islam. The provincial government center in Banda Aceh has spawned several services National Hero and his name is still remembered today, such as: Cut Nyak Dien, Cik Ditiro, Cut Nyak Meutia, etc.


MALAM BOH GACA/INNAI (EVENING HENNA  WEAR)


 A habit for the people of Aceh, before the wedding took place, the first three days and nights are held ceremonies Henna wear or "boh GACA" (Henna Wear) for the groom and the bride in their homes. Looks both hands and feet of the bride decorated with henna. During the ceremony Henna wear / "boh GACA" at night held the night performing arts such as dance Rabana, saga, pho, martial arts, and meuhaba or kaba (fairy tale).
At the peak of the marriage ceremony, the wedding ceremony was held. This event is done by kadli who has got wakilah (power) of the Bride of father. Qadli accompanied by two witnesses in addition to other assemblies that are considered as well as witnesses. Then jinamai (dowry) is shown next to the assembly and kadli read the prayer (khutba) lafadz marriage and marriage ceremony, with fluent followed by groom fluently as well. If lafadz already considered perfect, kadli nodded seek approval before two witnesses. If the witness is not approved, then groom must repeat again lafadz the perfect marriage.

Translate:
Suatu kebiasaan bagi masyarakat Aceh, sebelum pesta perkawinan dilangsungkan, terlebih dahulu tiga hari tiga malam diadakan upacara meugaca atau boh gaca (berinai) bagi pengantin laki-laki dan pengantin perempuan di rumahnya masing-masing. Tampak kedua belah tangan dan kaki pengantin dihiasi dengan inai. Selama upacara meugaca/boh gaca pada malamnya diadakan malam pertunjukan kesenian seperti tari rabana, hikayat, pho, silat, dan meuhaba atau kaba (cerita dongeng).
Pada puncak acara peresmian perkawinan, maka diadakan acara pernikahan. Acara ini dilakukan oleh kadli yang telah mendapat wakilah (kuasa) dari ayah dara baro. Qadli didampingi oleh dua orang saksi di samping majelis lainnya yang dianggap juga sebagai saksi. Kemudian jinamai (mahar) diperlihatkan kepada majelis dan selanjutnya kadli membaca do’a (khutbah) nikah serta lafadz akad nikah, dengan fasih yang diikuti oleh linto baro dengan fasih pula. Apabila lafadz sudah dianggap sempurna, kadli mengangguk minta persetujuan kedua saksi tadi. Bila saksi belum menyetujui, maka linto harus mengulangi lagi lafadz nikah tersebut 

Share:

Total Tayangan Halaman

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Copyright © the love story | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com