Senin, 30 November 2015

Aceh Culture (Budaya Aceh)

"ACEH"  CULTURE




Kebudayaan Provinsi aceh sangat dipengaruhi oleh islam.  berikut penjelasan tentang Pakaian adat provinsi aceh 


Wanita mengenakan baju kurung berlengan panjang hingga sepinggul. Krah bajunya sangat unik menyerupai krah baju khas china.
Celana cekak musang dan sarung (IJA PINGGANG) bercorak yang dilipat sampai lutut. Corak pada sarung ini bersulam emas.
Perhiasan yang dipakai : kalung disebut KULA. Ada pula hiasan lain seperti : Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (PENDING) berwarna emas.
Bagian rembut ditarik ke atas membentuk sanggul kecil dengan hiasan kecil bercorak bunga

Pada jaman dulu pelapisan terhadap status sosial yang terdapat di masyarakat Aceh, khususnya daerah Aceh Barat telah menyebabkan baju adat Aceh Barat tampil dalam beragam variasi diantaranya adalah pakaian :

1. Ulee Balang, busana untuk para raja beserta keluarganya
2. Ulee Balang busana untuk Cut dan para Ulama
3. Patut-patut (pejabat negara), pakaian untuk para tokoh masyarakat cerdik pandai
4. Rakyat jelata

Busana adat Aceh yang menonjol sekarang ini adalah yang pakaian adat tradisional yang dikenakan pada saat ada upacara adat perkawinan, khususnya karena akibat munculnya kembali apresiasi masyarakat terhadap budaya ash daerah akhir-­akhir ini.


Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atau yang lebih dikenal dengan Serambi Mekah mempunyai kekayaan budaya yang banyak dipengaruhi oleh agama Islam. Provinsi yang pusat pemerintahannya berada di Banda Aceh ini telah melahirkan beberapa Pahlawan Nasional yang jasa dan namanya masih terus dikenang hingga saat ini, seperti : Cut Nyak Dhien, Cik Ditiro, Cut Nyak Meutia, dll.







Translate into English:
Culture of Aceh strongly influenced by Islam. The following explanation of the traditional clothes of Aceh province
Men wear a suit or a dress BAJE MEUKASAH closed neck. There is a golden embroideries decorate collar shirt. This suit comes tight trousers called mongoose. Sarong (IJA LAMGUGAP) folded at the waist memorable dashing. Sarong is made of silk disongket. Rencong blade or siwah-headed gold / silver and jeweled tucked in his belt. The head is covered skullcap popularly called MAKUTUP. Headgear is ridden by tangkulok or tompok of gold. Tangkulok is made of woven fabric. Tompok is square star ornament 8, multilevel, and made of precious metals

Women wear long-sleeved shirt brackets to the hip. Very unique shirt collar shirt collar resembles the typical china.
Civet tight pants and gloves (IJA WAIST) patterned folded up to the knee. This sheath embroidered pattern on gold.
Spoken jewelry: a necklace called KULA. There are also other embellishments such as: Bracelet hand, foot bracelets, earrings, and belts (PENDING) gold.
Part the hair is pulled up in a bun with a small floral decoration

In earlier times the coating on the social status contained in the people of Aceh, West Aceh region in particular has led Aceh Barat traditional dresses appeared in a wide variety of which is clothing:

1. Ulee Balang, clothing for the king and his family
2. Ulee Balang clothing for Cut and the Ulemas
3. It is worth-worth (state officials), clothing for the community leaders scholars
4. Peasants

Aceh customary fashion that stands today is that traditional indigenous clothing worn at the time there are traditional wedding ceremony, especially as a result of the re-emergence of cultural public appreciation of the ash area lately.

NAD or better known as the Veranda of Mecca has a wealth of culture is heavily influenced by Islam. The provincial government center in Banda Aceh has spawned several services National Hero and his name is still remembered today, such as: Cut Nyak Dien, Cik Ditiro, Cut Nyak Meutia, etc.


MALAM BOH GACA/INNAI (EVENING HENNA  WEAR)


 A habit for the people of Aceh, before the wedding took place, the first three days and nights are held ceremonies Henna wear or "boh GACA" (Henna Wear) for the groom and the bride in their homes. Looks both hands and feet of the bride decorated with henna. During the ceremony Henna wear / "boh GACA" at night held the night performing arts such as dance Rabana, saga, pho, martial arts, and meuhaba or kaba (fairy tale).
At the peak of the marriage ceremony, the wedding ceremony was held. This event is done by kadli who has got wakilah (power) of the Bride of father. Qadli accompanied by two witnesses in addition to other assemblies that are considered as well as witnesses. Then jinamai (dowry) is shown next to the assembly and kadli read the prayer (khutba) lafadz marriage and marriage ceremony, with fluent followed by groom fluently as well. If lafadz already considered perfect, kadli nodded seek approval before two witnesses. If the witness is not approved, then groom must repeat again lafadz the perfect marriage.

Translate:
Suatu kebiasaan bagi masyarakat Aceh, sebelum pesta perkawinan dilangsungkan, terlebih dahulu tiga hari tiga malam diadakan upacara meugaca atau boh gaca (berinai) bagi pengantin laki-laki dan pengantin perempuan di rumahnya masing-masing. Tampak kedua belah tangan dan kaki pengantin dihiasi dengan inai. Selama upacara meugaca/boh gaca pada malamnya diadakan malam pertunjukan kesenian seperti tari rabana, hikayat, pho, silat, dan meuhaba atau kaba (cerita dongeng).
Pada puncak acara peresmian perkawinan, maka diadakan acara pernikahan. Acara ini dilakukan oleh kadli yang telah mendapat wakilah (kuasa) dari ayah dara baro. Qadli didampingi oleh dua orang saksi di samping majelis lainnya yang dianggap juga sebagai saksi. Kemudian jinamai (mahar) diperlihatkan kepada majelis dan selanjutnya kadli membaca do’a (khutbah) nikah serta lafadz akad nikah, dengan fasih yang diikuti oleh linto baro dengan fasih pula. Apabila lafadz sudah dianggap sempurna, kadli mengangguk minta persetujuan kedua saksi tadi. Bila saksi belum menyetujui, maka linto harus mengulangi lagi lafadz nikah tersebut 

Share:
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Copyright © the love story | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com